My Profile

Foto saya
...brengsek, menyebalkan, keras kepala, ga kompromis, sok tau, picisan, banyak bacot, rese, nggak elegan, sok cool, jutek, ga fashionable, kurang kerjaan, narsis, sarkastik, pemimpi, nglantur, sia-sia... tp brusaha buat jujur & brani ambil resiko. so, move..keep our local spirits. No more horizontal confrontations! No more racism! No more separatism! No more intrics! No more coruption! No more Maria Eva! No more negara Islam! No more Bush! No more capitalism! No more hipocrits! No more militerism! JUST GET MORE INDONESIA saja..

Sabtu, 18 Oktober 2008

pemuda pemberani



Kedaulatan pangan; sebuah keniscayaan

Rabo, (15/10) kenyataan bahwa Negara hari ini mengalami kegagalan dalam proses pemenuhan hak atas pangan dengan mengeluarkan kebijakan ekonomi yang memiskinkan rakyat dengan dampak situasi rawan pangan tidak dapat dibantah lagi. Oleh karena itu, beberapa aktivis dari FPPI Pimpinan Kota Kudus menggelar aksi turun jalan untuk memperingati hari pangan internasional yang jatuh pada tanggal 16 oktober. Aksi yang berlangsung pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB berjalan lancar tanpa mengganggu para pengguna jalan alun-alun simpang tujuh Kudus.
Para demonstran tersebut menyatakan keprihatihannya terhadap keputusan pemerintah melakukan perselingkuhan dengan lembaga donor internasional yang justru mengganggu hak pangan nasional. Seperti; kesepakatan dengan WTO, termasuk juga perjanjian bilateral Negara dengan World Bank dan ADB terkait dengan penetapan kebijakan Negara tentang privatisasi, pencabutan subsidi, bahkan liberalisasi perdagangan. Sebagaimana yang diungkap Huda, Koordinator lapangan dalam orasi politiknya bahwa situasi ini menjadi indikator rawan pangan, seperti; gizi buruk, busung lapar, anthrax, tak terkendalinya makanan yang terkontaminasi zat kimia, serta kualitas ait minum yang buruk. Disamping itu dipaparkan pula olehnya tentang sikap pemerintah yang masih mendasarkan kebijakan pangannya pada Undang-Undang No.7/1996 tentang pangan, PP No.67/1999 tentang ketahanan pangan, Kepres No.132/2001 tentang pembentukan dewan ketahanan pangan, serta Inpres No.2/2005 tentang kebijakan perberasan turut menciptakan polemik bagi rakyat karena kehilangan akses untuk menopang kehidupan mereka.
Pada sesi terakhir, aksi pun ditutup dengan membacakan statement politik tentang sikap FPPI terhadap kedaulatan pangan yang dianggap merupakan sebuah keniscayaan. Adapun tuntutan tersebut antara lain: lindungi ketahanan pangan nasional dari komperador kapitalis, lindungi produksi-distribusi-konsumsi rakyat dengan merubah cara produksi dan orientasi pembangunan, nasionalisasi asset-aset Negara, dan cabut undang-undang yang tidak mempunyai keberpihakan terhadap rakyat. (wid)

aksi pemuda



FPPI menyikapi hari tani

Rabo, (24/9) organisasi pergerakan pemuda FPPI Pimpinan Kota Kudus menggelar aksi demonstrasi dibundaran alun-alun simpang tujuh kudus untuk menyikapi hari tani nasional. Aksi ini berbeda dengan aksi-aksi yang biasanya digelar karena dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 15.00 WIB. Hal ini mengingat kondisi para demonstran yang mayoritas beragama islam dan menunaikan ibadah puasa. Sehingga sore hari dianggap menjadi waktu yang tepat karena panas matahari tak terlalu terik.
“Pada waktu bulan ramadhan seperti ini, masyarakat lebih banyak bepergian pada sore hari untuk ngabuburit, jadi ini waktu yang tepat untuk opinion building”, tandas coordinator lapangan, Nor Muckhafi. Dan benar saja, meskipun dalam aksi tersebut diikuti oleh puluhan orang demonstran saja, akan tetapi cukup mendapatkan respons dari masyarakat. Haryono misalnya, seorang penguna jalan yang kebetulan melewati para demonstran tersebut juga mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap persoalan petani hari ini. “banyak petani yang ditembak mati untuk mempertahankan tanahnya, tetapi kasus demi kasus yang terjadi tidak pernah diusut tuntas”, ujarnya pada kruw suara pemuda pada saat diwawancarai.
Dalam aksi tersebut, FPPI Pimpinan Kota Kudus menuntut agar kriminalisasi dan tindak kekerasan terhadap kaum tani segera dihentikan, pengembalian tanah rakyat, penghentian perampasan tanah rakyat, laksanakan reforma agrarian sejati sesuai dengan UUPA No.5 tahun 1960, cabut Undang_undang perkebunan, Undang-Undang Sumber daya air, Undang-Undang Penanaman modal, dan undang-undang lain yang anti rakyat, nasionalisasi asset Negara yang tergadai, serta galang solidaritas untuk perubahan system ekonomi politik internasional. (wid)

Our readingpark



Pengen kaya, ternyata mudah!
Oleh : Mayshiza Widya Robin

Nama buku : The cashflow quadrant
Penulis : Robert T Kiosaki, Sharon L. Leachter. CPA
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 18, 2006
Tebal : viii + 330

“Apakah aku bekerja dengan keras atau aku bekerja dengan cerdas?”, pertanyaan menggelitik ini ternyata cukup menyisakan persoalan bagi kebanyakan orang, terlebih di era informasi. Fenomena seperti gizi buruk, ekonomi moneter, dan inflasi merupakan bagian kecil dari sekian banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sangat dilematis sekali ketika seseorang mengasumsikan bahwa hanya mereka dengan pendidikan tinggi yang layak menjadi orang kaya, sedangkan mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan selamanya akan menjadi orang miskin.
Dan buku ini kemudian dipersembahkan oleh penulis sebagai terobosan baru yang sekaligus membuka ruang sadar masyarakat bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih mimpi menjadi orang kaya, tak terkecuali dengan mereka yang gagal secara akademik. “Siapa yang tidak ingin menjadi kaya?”, tentu saja tak ada seorangpun yang menginginkannya. Maka buku ini sengaja dihadirkan di tengah-tengah problem kemasyarakatan yang kompleks dalam urusan finansial sebagai salah satu alternatif paling jitu membuat orang menjadi kaya raya. Tak pelak karena melihat kenyataan bahwa ada banyak orang sukses yang justru drop out dari bangku sekolah dan tidak memperoleh ijazah perguruan tinggi. Sebut saja, Thomas Edison, pendiri General Electric; Bill Gates, pendiri Microsoft; Michail Dell, pendiri Dell computer; Henry Ford, pendiri Ford Motor, dan masih banyak lagi. Dan ini cukup memberi motivasi untuk masyarakat supaya tidak terjebak dengan pendidikan formal yang bagus dan ijazah perguruan tinggi dengan IPK (Indeks Prestasi Komulatif) komlud semata, karena ternyata ada banyak pula para sarjana lulusan universitas terkemuka yang menggangur.
Yang dibutuhkan disini hanyalah tekad besar, kesediaan untuk cepat belajar, keyakinan kuat untuk mengubah masa depan dengan menentukan strategi tepat dalam memetakan langkah menjawab tantangan finansial, serta mengetahui dari sektor cashflow quadrant mana seseorang dapat memperoleh penghasilannya. Menginginkan keamanan finansial atau kebebasan finansial. Sehingga buku ini mengklasifikasikan posisi seseorang dalam empat quadrant sesuai dengan sumber pemasukannya. Setiap quadrant berbeda dalam memperoleh penghasilannya, bahkan berbagai quadrant tersebut membutuhkan keterampilan dan kepribadian yang berbeda pula. Dan mungkin akan ada banyak orang yang bertanya-tanya, dari quadrant mana dirinya memperoleh sebagian besar penghasilannya. Sekalipun semua orang berpotensi untuk memperoleh penghasilan dari keempat quadrant tersebut. Dan sah-sah saja apabila seseorang hendak berpindah dari quadrant posisinya berdiri hari ini ke quadrant yang diimpikan.
Dengan mengetahui ciri dan karakter yang berbeda di masing-masing quadrant ini akan membantu untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang quadrant mana yang paling cocok bagi seseorang. Yang mengandalkan slip gaji teratur, tunjangan, dan keamanan pekerjaan termasuk dalam katagori Employee / pegawai, yang kemudian diberikan simbol “E”. Seorang “E” mendapatkan uang dengan mempunyai pekerjaan atau bekerja untuk orang lain. Ketidakpastian membuat mereka tidak bahagia, sehingga rasa takut mereka dipuaskan dengan derajat kepastian dalam mencari keamanan dan perjanjian yang mengikat dalam hal pekerjaan.
Sementara yang lain, Self-Employed / pekerja lepas dengan simbol “S” merupakan orang yang ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri, mereka juga melakukan apa saja yang mereka mau tanpa ada tekanan dari siapapun. Para “S” adalah seorang perfeksionis sejati yang menamakan dirinya sebagai “kelompok-melakukan-sendiri”. Sebutan ini karena mereka adalah sekelompok orang yang tidak suka jika penghasilannya ditentukan oleh orang lain. Bagi mereka uang bukanlah hal yang terpenting, tetapi kemandirian dan kesempatan untuk mengekspresikan individualitas merekalah yang utama. Mereka ini diantaranya adalah; dokter, konsultan, pengacara, agen perjalanan, dan artis.
Kedua kelompok individu ini menempati sisi kiri cashflow quadrant. Kaum “E” dan “S” pada dasarnya merupakan orang yang berorientasi pada keamanan finansial, itu sebabnya mereka mencari pekerjaan yang aman, carier yang aman, memulai bisnis kecil yang bisa dikendalikan, serta menghindari resiko finansial. Itu pula yang mengakibatkan orang yang menempati sisi kiri cashflow quadrant ini bekerja seumur hidup untuk memperoleh uang.
Sedangkan kelompok lain ialah kelompok yang nyaris berlawanan dengan seorang “S”. Mereka adalah kelompok quadrant dengan simbol “B” atau business owner / pemilik usaha. Seorang “B” memiliki usaha yang menghasilkan uang, tanpa perlu ikut bekerja. Mereka justru memilih agar dirinya dikelilingi oleh orang-orang pandai untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tidak seperti “S” yang tidak suka mendelegasikan pekerjaannya. Kelompok “B” ternyata lebih senang jika pekerjaannya dapat diselesaikan oleh orang lain, sehingga mereka dapat menggunakan waktunya untuk menciptakan sebuah sistem, bukan sebuah pekerjaan.
Quadrant terakhir yakni kelompok yang diberi simbol “I” atau investor / penanam modal. Mereka membuat uang dengan uang, juga tak perlu bekerja keras karena uanglah yang bekerja untuk mereka. Kelompok ini mengupayakan pengembangan aset hingga mencapai titik dimana cashflow dari semua aset mereka lebih besar dari biaya hidup yang ditanggung. Kelompok “I” mempunyai aset nyata seperti real estate dan saham yang memberikan pemasukan pasif daripada pengeluaran. Akan tetapi ada banyak orang yang merasa takut untuk berinvestasi, dan kata “Resiko” merupakan alat legitimasi paling kuat yang membuat sebagian orang mundur untuk memulai bisnisnya. Padahal quadrant “I” tidaklah seberbahaya yang dibayangkan orang, hanya saja keterampilan untuk berhasil di quadrant “I” ini membutuhkan kerangka berfikir yang berbeda dengan quandrant yang lain.
Banyak keterampilan diperlukan untuk berada disisi quadrant kanan, menjadi kelompok “B” atau “I” yang lebih memilih kebebasan finansial daripada keamanan finansial. Bagi kedua quadrant ini gagasan untuk “bersekolah dan mencari pekerjaan yang aman dan menjamin” adalah gagasan bagus bagi orang yang hidup di era industri, bukan di era informasi seperti sekarang ini. Kecerdasan finansial yang dibutuhkan bukanlah seberapa banyak uang yang dihasilkan, tapi seberapa banyak uang yang disimpan, seberapa keras uang itu bekerja untuk seseorang, dan seberapa banyak generasi yang bisa dihidupi dengan uang tersebut.
Buku ini juga menceritakan tentang keadaan seseorang yang tunawisma hingga mencapai kebebasan finansial, maka tidaklah tepat apa yang sering didengar orang bahwa “dibutuhkan uang untuk menghasilkan uang”. Seorang tunawisma itu tidak membutuhkan uang untuk memulai, bahkan mempunyai banyak hutang. Tidak dibutuhkan ijazah perguruan tinggi dengan IPK komlud, tetapi pada akhirnya ia memproleh kebebasan finansial. Ia pun tak perlu bekerja lagi ketika usia 47 tahun, karena uanglah yang kemudian bekerja untuknya. Hanya dengan satu kalimat, “ambisi membangun bisnis, bukan rasa takut”.
The cashflow quadrant bukan bertindak seperti peramal yang mampu membaca masa depan dan garis nasib seseorang, tetapi merupakan jawaban atas persoalan finansial yang dihadapi masyarakat dewasa ini. Tulisan dalam buku ini banyak mengajarkan untuk “melek secara finansial”, sehingga seseorang tidak perlu bekerja seumur hidup untuk memperoleh uang, tetapi mempersiapkan diri untuk memperoleh kebebasan finansial di usia yang ditentukan. Meskipun uang bukanlah segalanya, tetapi sebagaimana pesan Robert T. Kiyosaki bahwa, ”bertanggungjawablah atas keuangan anda atau hanya menerima nasib sepanjang hidup anda. Anda bisa menjadi tuan atas uang atau budak uang. Terserah anda untuk memilihnya”. []

* Peresensi adalah Anggota komunitas baca Ouredingpark (Ourep) Kudus