My Profile

Foto saya
...brengsek, menyebalkan, keras kepala, ga kompromis, sok tau, picisan, banyak bacot, rese, nggak elegan, sok cool, jutek, ga fashionable, kurang kerjaan, narsis, sarkastik, pemimpi, nglantur, sia-sia... tp brusaha buat jujur & brani ambil resiko. so, move..keep our local spirits. No more horizontal confrontations! No more racism! No more separatism! No more intrics! No more coruption! No more Maria Eva! No more negara Islam! No more Bush! No more capitalism! No more hipocrits! No more militerism! JUST GET MORE INDONESIA saja..

Kamis, 11 Juni 2009

Media ternyata menjadi biang keladinya

Maraknya berbagai media, baik cetak maupun elektronik yang menayangkan berita-berita seputar pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan atau yang memiliki nama asli Very Idam Heniansyah di Jombang, Jawa Timur tak urung membuat kita bergidik ngeri. Bahkan juga menimbulkan tanda tanya besar dalam hati kecil; “Kenapa ya orang yang dikenal ramah, sopan, dan mempunyai latarbelakang religiusitas tinggi seperti itu bisa-bisanya melakukan aksi pembunuhan?”.

Sering terjadi

Ternyata jika ditelisik lebih jauh, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan tersebut bukanlah yang pertama terjadi. Ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang melakukan hal itu, tentunya dengan modus yang berbeda-beda. Dan banyak faktor yang memicu gejala ini terjadi, sehingga membuat sang pelaku menjadi gelap mata.

Kondisi ekonomi bangsa yang morat-marit tak pelak menimbulkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat. Belum lagi, kita bisa saksikan, ternyata hampir setiap hari media massa seperti; koran harian dan televisi menyuguhkan berita-berita kriminal ketimbang berita-berita yang mendidik dan membangun moralitas bangsa.

Bisa jadi karena banyaknya persoalan yang kian menghimpit dan mempreasire masyarakat itulah, para pelaku menjadi tidak bisa berfikir rasional. Sehingga pada akhirnya, pembunuhan dianggap sebagai salah satu jalan keluar paling efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Budaya masyarakat akibat media

Televisi maupun koran harian memang merupakan sarana komunikasi utama bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali dengan Indonesia . Dan harus diakui pula bahwa ia cukup andil dalam membentuk sikap dan perilaku khalayak. Layaknya sebuah virus, media massa seolah telah mengkontaminasi otak manusia hingga tingkat parah dengan budaya yang diciptakannya. Sehingga memiliki dampak yang luar biasa dalam pembentukan budaya masyarakat.

Menu-menu yang disuguhkan pun menjadi sangat beragam, sehingga tak ada batasan yang jelas tentang sistem nilai etika dan estetika. Dan sah-sah saja jika media massa menampilkan banyak pemberitaan yang kontroversial, karena hal tersebut yang justru akan menaikkan ratting penjualan dan meningkatkan minat beli masyarakat.

Akan tetapi yang sangat disayangkan, apabila hal itu memberikan banyak berdampak negatif bagi masyarakat daripada dampak positif yang ditimbulkan. Betapa tidak, aksi pembunuhan yang tadinya dianggap tabu untuk diperbincangkan untuk khalayak, dengan hadirnya media massa hal itu menjadi menarik dan patut disimak. Sebagaimana kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan, kejiwaan yang labil ditambah kondisi lingkungan yang menuntut banyak terhadapnya, juga pemberitaan media massa yang lebih sering menyuguhkan berita kriminal, bisa jadi turut berperan dalam mengindpirasi kasus ini terjadi.

Dan jika ini terus saja dibiarkan, maka media massa dapat merusak tatanan sosial dan kebudayaan bangsa. Hal ini terlihat dari semakin ditonjolkannya eksploitasi seks, budaya kekerasan, budaya konsumerisme, hedonisme, dan sebagainya.

*tulisan ini pernah dimuat dalam kompas, 1 agustus 2008

Tidak ada komentar: