My Profile

Foto saya
...brengsek, menyebalkan, keras kepala, ga kompromis, sok tau, picisan, banyak bacot, rese, nggak elegan, sok cool, jutek, ga fashionable, kurang kerjaan, narsis, sarkastik, pemimpi, nglantur, sia-sia... tp brusaha buat jujur & brani ambil resiko. so, move..keep our local spirits. No more horizontal confrontations! No more racism! No more separatism! No more intrics! No more coruption! No more Maria Eva! No more negara Islam! No more Bush! No more capitalism! No more hipocrits! No more militerism! JUST GET MORE INDONESIA saja..

Rabu, 20 Januari 2010

LIFESTYLE




Perawatan Pakaian Batik

Banyak orang yang saat ini menyukai batik. Selain sedang trend, batik juga merupakan salah satu ciri khas Indonesia. Batik dapat digunakan dalam acara formal tetapi dengan model saat ini, batik tetap pantas dalam acara informal. Bagi anda yang mempunyai pakaian batik atau penyuka batik, tentu anda ingin merawat batik anda sebaik-baiknya. Ada hal-hal yang harus anda perhatikan saat proses pencucian atau saat penyimpanan.


Mengenal Jenis Sepatu

Sepatu tidak hanya berfungsi sebagai alas kaki, tetapi juga telah menjadi bagian dari penampilan seseorang. Untuk sepatu wanita, model sepatu yang dijual ada berbagai macam. Informasi berikut dapat berguna untuk menambah pengetahuan tentang apa saja model alas kaki yang ada.

Beragam sepatu wanita yang ada yaitu Open Toe Shoes, Pump Shoes, Sling Back Shoes, Wedge Heel, Kitten Heel, Stiletto, Selop, Boots dan Sports. Anda ingin tahu apa saja perbedaan jenis sepatu ini?

Kamis, 11 Juni 2009

Tayangan televisi tidak mendidik

Televisi memang merupakan sarana komunikasi utama bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali dengan Indonesia . Dan harus diakui bahwa tidak ada media lain yang dapat menandingi popularitas televisi. Dan tentu saja ia cukup andil dalam membentuk sikap dan perilaku khalayak. Televisi layaknya virus yang mengkontaminasi otak manusia hingga tingkat parah dengan budaya yang diciptakannya. Terlebih karena televisi bersifat audio visual sinematografis yang memiliki dampak besar dalam pembentukan budaya masyarakat.
Program yang kemudian ditayangkan pun menjadi sangat beragam, sehingga tak ada batasan yang jelas tentang sistem nilai etika dan estetika. Bahkan cenderung mengabaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh komisi penyiaran indonesia (KPI). Parahnya jika hal ini terus saja dibiarkan, maka televisi dapat merusak tatanan sosial dan kebudayaan bangsa. Hal ini terlihat dari semakin ditonjolkannya eksploitasi seks, kekerasan, budaya konsumerisme, dan hedonisme.
Ekploitasi seks dan tema orang dewasa seakan menjadi trend baru yang dapat menaikkan ratting program di televisi. Bahkan berita kriminal, iklan dan film-film yang sarat dengan pornografi dan porno aksi pun seenaknya ditayangkan pada saat anak-anak menjelang berangkat atau pulang dari sekolah. Atau dengan kata lain, tidak ada pengaturan siaran yang bisa membantu anak-anak dan remaja dalam kondisi psikologinya masih labil untuk tidak tertular budaya yang bisa menjerumuskan mereka.
Aspek informasi yang seharusnya diberikan dalam tayangan televisi seperti; pendidikan, pemberdayaan, pencerahan, dan penguatan basis nasionalisme kemudian diabaikan, bahkan dianggap sebagai sajian yang “basi” untuk pemirsa. Hampir semua sinetron (terutama remaja) sangat tidak mendidik karena membuat penontonnya bermimpi yang tidak realistis. Tayangan infotainment yang sudah jelas-jelas lebih banyak mudharatnya (sehingga diharamkan oleh MUI dan NU) pun begitu digemari. Meskipun jika kita perhatikan dengan seksama, isi infotainment itu lebih banyak berghibah (gosip) dibandingkan dengan memberitakan sesuatu yang bermanfaat. Hal ini harusnya menjadi perhatian yang serius dari semua pihak, baik pemerintah, maupun stasiun televisi untuk dapat menghadirkan tayangan yang berkualitas bagi pemirsa.
Media ternyata menjadi biang keladinya

Maraknya berbagai media, baik cetak maupun elektronik yang menayangkan berita-berita seputar pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan atau yang memiliki nama asli Very Idam Heniansyah di Jombang, Jawa Timur tak urung membuat kita bergidik ngeri. Bahkan juga menimbulkan tanda tanya besar dalam hati kecil; “Kenapa ya orang yang dikenal ramah, sopan, dan mempunyai latarbelakang religiusitas tinggi seperti itu bisa-bisanya melakukan aksi pembunuhan?”.

Sering terjadi

Ternyata jika ditelisik lebih jauh, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan tersebut bukanlah yang pertama terjadi. Ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang melakukan hal itu, tentunya dengan modus yang berbeda-beda. Dan banyak faktor yang memicu gejala ini terjadi, sehingga membuat sang pelaku menjadi gelap mata.

Kondisi ekonomi bangsa yang morat-marit tak pelak menimbulkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat. Belum lagi, kita bisa saksikan, ternyata hampir setiap hari media massa seperti; koran harian dan televisi menyuguhkan berita-berita kriminal ketimbang berita-berita yang mendidik dan membangun moralitas bangsa.

Bisa jadi karena banyaknya persoalan yang kian menghimpit dan mempreasire masyarakat itulah, para pelaku menjadi tidak bisa berfikir rasional. Sehingga pada akhirnya, pembunuhan dianggap sebagai salah satu jalan keluar paling efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Budaya masyarakat akibat media

Televisi maupun koran harian memang merupakan sarana komunikasi utama bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali dengan Indonesia . Dan harus diakui pula bahwa ia cukup andil dalam membentuk sikap dan perilaku khalayak. Layaknya sebuah virus, media massa seolah telah mengkontaminasi otak manusia hingga tingkat parah dengan budaya yang diciptakannya. Sehingga memiliki dampak yang luar biasa dalam pembentukan budaya masyarakat.

Menu-menu yang disuguhkan pun menjadi sangat beragam, sehingga tak ada batasan yang jelas tentang sistem nilai etika dan estetika. Dan sah-sah saja jika media massa menampilkan banyak pemberitaan yang kontroversial, karena hal tersebut yang justru akan menaikkan ratting penjualan dan meningkatkan minat beli masyarakat.

Akan tetapi yang sangat disayangkan, apabila hal itu memberikan banyak berdampak negatif bagi masyarakat daripada dampak positif yang ditimbulkan. Betapa tidak, aksi pembunuhan yang tadinya dianggap tabu untuk diperbincangkan untuk khalayak, dengan hadirnya media massa hal itu menjadi menarik dan patut disimak. Sebagaimana kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan, kejiwaan yang labil ditambah kondisi lingkungan yang menuntut banyak terhadapnya, juga pemberitaan media massa yang lebih sering menyuguhkan berita kriminal, bisa jadi turut berperan dalam mengindpirasi kasus ini terjadi.

Dan jika ini terus saja dibiarkan, maka media massa dapat merusak tatanan sosial dan kebudayaan bangsa. Hal ini terlihat dari semakin ditonjolkannya eksploitasi seks, budaya kekerasan, budaya konsumerisme, hedonisme, dan sebagainya.

*tulisan ini pernah dimuat dalam kompas, 1 agustus 2008